WASIAT BUNG HATTA

Ini adalah surat wasiat yang dari Bung Hatta kepada Guntur, putra sulung Soekarno.
* * *
Anakda Goentoer Sukarnoputa,
Cempaka Putih Barat I/2
Jakarta Pusat
PANCASILA 



Dekat pada akhir bulan Mei 1945 Dr. Radjiman Wedyoningrat, ketua Panitia Penyelidik Usaha – Usaha Kemerdekaan Indonesia membuka siding Panitia itu dengan mengemukakan pertanyaan kepada rapat : “Negara Indonesia Merdeka” yang kita bangun itu, apa dasarnya? Kebanyakan anggota tidak mau menjawab pertanyaan itu karena takut pertanyaan itu akan menimbulkan persoalan filosofi yang akan berpanjang – panjang. Mereka langsung membicarakan soal Undang – Undang Dasar. Salah seorang dari para anggota Panitia Penyelidik Usaha – Usaha Kemerdekaan Indonesia itu, yang menjawab pertanyaan itu ialah Bung Karno, yang mengucapkan pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945, yang berjudul Pancasila, lima sila, yang lamanya kira – kira satu jam. Pidato itu menarik perhatian anggota Panitia dan disambut dengan tepuk tangan yang riuh. (untuk membaca isi pidato yang diucapkan Bung Karno itu, klik disini) Sesudah itu sidang mengangkat suatu Panitia kecil untuk merumuskan kembali Pancasila yang diucapkan Bung Karno itu. Di antara Panitia kecil itu dipilih lagi 9 orang yang akan melaksanakan tugas itu, yaitu :

Ir. Soekarno

Mohammad Hatta

Mr. A.A. Maramis

Abdulkahar Muzakir

H.A. Salim

Mr. Ahmad Soebardjo

Wahid Hasyim

Mr. Muhammad Yamin

Orang Sembilan ini mengubah susunan lima sila itu dan meletakkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa diatas. Sila kedua, yang dalam rumusan Soekarno disebut Internasionalisme atau peri-kemanusiaan diganti dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab, sila ketiga disebut Persatuan Indonesia pengganti sila kebangsaan Indonesia, yang dalam rumusan Bung Karno dia ditaroh diatas jadi sila pertama. Sila keempat disebut Kerakyatan, yang dalam rumusan Bung Karno sebagai sila ketiga disebut Mufakat atau Demokrasi. Sila kelima disebut sila Kesejahteraan Sosial, yang dalam rumusan Bung Karno disebut Sila ke-4 Keadilan Sosial. Seperti dikatakan tadi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang dalam rumusan Bung Karno menjadi Sila kelima dijadikan Sila pertama. 
(sesuai dengan paragraf ini, Pancasila formasi sekarang adalah hasil ubah susunan dan ubah kata dari poin yang disampaikan Bung Karno, cakrabuana)

Pada tanggal 22 Juni 1945 pembaruan rumusan Panitia 9 itu diserahkan kepada Panitia Penyelidik Usaha – Usaha Kemerdekaan Indonesia dan diberi nama “Piagam Jakarta”. Kemudia seluruh Piagam Jakarta itu dijadikan “Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945”, sehingga “Pancasila dan Undang – Undang Dasar” menjadi “Dokumen Negara Pokok”.
(dapat kita lihat buktinya, pembukaan / preambule UUD1945 paragraf terakhir mengandung kelima sila Pancasila didalamnya, cakrabuana)

Pancasila dan Undang – Undang Dasar yang sudah menjadi Satu Dokumen Negara itu diterima oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan sedikit perubaha. Yang dicoret ialah 7 perkataan di belakang Ketuhanan, yaitu “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi penduduknya”. Sungguhpun 7 perkataan itu hanya mengenai penduduk yang beragama Islam saja, pemimpin – pemimpin umat Kristen di Indonesia Timur berkeberatan, kalau 7 kata itu dibiarkan saja, sebab tertulis dalam pokok dari pada dasar Negara kita, sehingga menimbulkan kesan, seolah – olah dibedakan warga Negara yang beragama Islam dan bukan Islam.
Pada tanggal 29 Agustus 1945 Komite Nasional dalam rapatnya yang pertama sudah mensahkan Undang – Undang Dasar yang diterima oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan sekarang sudah menjadi U.U.D. Negara kita lagi.
Jakarta, 16 Juni 1978
Mohammad Hatta

sumber : 
"Dwitinggul Soekarno Hatta, Pahlawan Proklamator Kemerdekaan Indonesia", oleh Tugiyono, DKK

Kelahiran Pancasila selengkapnya klik disini, text pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945,  
yeahright....  
Bung Hatta tahu, sejarah membuktikan bahwa perputaran rezim akan membawa demonisasi bagi pemimpin sebelumnya. Jasa-jasanya akan dilucuti, citranya akan direndahkan.
Bung Hatta seorang negarawan sejati. 
Meski akhirnya berseberangan pendirian dengan Bung Karno, sebelum akhir hayatnya, Bung Hatta sempat-sempatnya memberikan warisan yang luarbiasa besar ini. Memberi ketegasan kebenaran, bahwa benar Bung Karnolah peletak batu fondasi dasar, fundament dari republik Indonesia ini.
Setidaknya, anak sang peletak dasar itu mengetahui kebenarannya
itulah sebab tanggal itu sekarang diperingati menjadi Hari Lahir Pancasila.

Artikel Terkait